Pameran Keris Nusantara 2006 (2)
P U S A T I N F O R M A S I K O M P A S
Palmerah Selatan 26 - 28 Jakarta 10270
Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200 Fax. 5347743
===========================================
KOMPAS, Rabu, 14-06-2006. Halaman: 1
Pameran Keris Nusantara (2-Habis)
TAK HANYA KERIS JAWA YANG MENARIK
Oleh Jimmy S Harianto
Jika bicara soal keris, biasanya orang tak lari membicarakan keris Jawa. Karena pada kenyataannya, perkembangan keris Jawa dan budayanya jauh lebih berkembang dari budaya keris di daerah lain di Nusantara.
Tapi coba tengok keris-keris tua dari Bugis di Sulawesi Selatan, Banjarmasin di Kalimantan, atau keris Bali dan Lombok serta keris-keris Sumatera. Betapa dalam dandanannya, keris-keris itu terlihat unik dalam busana khas daerahnya.
Keris Bugis, yang umumnya berwarangka (sarung keris) dari kayu kemuning tua yang bergurat-gurat indah, sungguh khas bentuk kepala-rangkanya. Seperti biduk atau kapal. Seperti bentuk-bentuk kapal pula warangka keris-keris dari Banjarmasin, Sumatera, Lombok, dan juga Bali meski berbeda coraknya. Belum lagi corak ukiran, atau hulu keris yang umumnya berbentuk burung, atau bahkan stilir figur manusia.
Kebinekaan dalam keris ini akan dipertontonkan dalam Pameran Keris Nusantara di Bentara Budaya Jakarta, mulai Rabu (14/6) malam sampai 23 Juni 2006. Tak berlebihan jika pameran yang di antaranya menyuguhkan setidaknya 30 karyaagung empu masa lalu serta lebih dari 150 bilah masa madya dan masa kini tersebut sebagai pameran yang terlengkap dalam ragam dan corak budayanya.
Selain keris, juga ditampilkan kreasi-kreasi kontemporer berbagai benda budaya Nusantara yang mempergunakan teknologi pamor, sebuah teknologi yang dominan dalam pembikinan keris. Hadir, misalnya, gamelan pamor garapan perupa asal Solo yang juga penari, Hajar Satoto (dikoleksi warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, asal Belgia), atau benda-benda tajam berpamor kreasi Sukri Bay (lulusan ITB), Gus Im dan Yohannes Yantono yang juga dosen keris Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Solo.
Madura, yang selama ini dikenal dengan potensi industri di bidang tempa keris, juga mempertunjukkan berbagai kreasi keris mereka, hasil garapan empu-empu muda mereka, seperti H Duraphi, H Ahmad, dan Saleh.
Sekretariat Nasional Keris Indonesia, organisasi keris yang baru lahir pertengahan tahun ini dan diketuai sesepuh keris, Wiwoho Basuki, bahkan menggelar sebuah atraksi yang belum pernah terjadi: lomba membentuk bilah keris yang diikuti sekitar 20 pembuat keris pada 17-22 Juni.
"Selain bahan berasal dari negeri sendiri, juga keris merupakan salah satu produk berbasis budaya yang dilakukan kalangan menengah ke bawah. Sebuah potensi yang bisa dikembangkan sebagai lokomotif identitas produk yang berbasis budaya pada tahun 2010 nanti," demikian Rahmat Gobel, ketua penyelenggara pameran akbar keris yang mengetengahkan pula setidaknya koleksi kolektor-kolektor keris terkemuka seperti Wiwoho Basuki, Haryono Haryoguritno, Pudjadi Soekarno, Iwan V Joesoef, Sani Gondomono ini pula.
Dan tak hanya keris-keris indah yang dikoleksi para kolektor berduit yang dipamerkan di Bentara Budaya kali ini. Pameran yang digelar atas kerja sama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, PT Panasonic Gobel Indonesia, Kompas, Sekretariat Nasional Keris Indonesia, Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Bentara Budaya Jakarta, dan Gedung DUA8 Jakarta ini juga mengetengahkan koleksi-koleksi warisan para keturunan raja-raja di masa lalu.
Selain ingin menampilkan identitas Nusantara, pameran kali ini juga memanfaatkan momentum ditetapkannya Keris Indonesia sebagai Karya Agung Warisan Kemanusiaan (Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO pada 25 November 2005.
Keris Indonesia, bersama pula 43 karya agung bangsa lain seperti Samba (Brasil), Kabuki (Jepang), dan pertunjukan Ramayana "Ramlila" dari India,merupakan satu dari sekian karya agung yang kini diakui dunia. Ke-43 karya agung kemanusiaan yang ditetapkan oleh UNESCO tahun lalu itu merupakan hasil keputusan dewan juri yang diketuai Putri Basma binti Talal dari Jordania.
Sebanyak 64 karya agung dunia diusulkan ke badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akan tetapi, hanya 43 karya agung yang ditetapkan oleh dewan juri tersebut. Sebelumnya, sudah ada 47 karya agung kemanusiaan yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2001 dan 2003. Sebanyak 27 di antaranya sudah mendapatkan bantuan subsidi pengembangan dari lembaga PBB tersebut.
Dari tahun ke tahun, demikian Direktur Jenderal UNESCO Koichiro Matsuura pernah mengungkapkan, terlihat peningkatan pengusulan karya-karya agung dunia. Jika pada tahun 2001 hanya ditetapkan 32 karya agung dan tahun 2003 (56 karya agung), maka tahun 2005 pun meningkat menjadi 43 karya agung.
Ketetapan UNESCO ini diungkapkan dalam rangka penyadaran publik akan nilai-nilai warisan budaya, termasuk di antaranya bentuk-bentuk ekspresi oral baik populer maupun tradisional dari berbagai negara di dunia. Selain musik, karya agung yang ditetapkan UNESCO ini juga meliputi tari, ritual dan mitologi, serta berbagai tata cara kerajinan tradisional.
(Jimmy S Harianto, atau Ganjawulung adalah wartawan Kompas)
Komentar