LOMBA Membentuk Keris 2006

P U S A T I N F O R M A S I K O M P A S Palmerah Selatan 26 - 28 Jakarta 10270 Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200 Fax. 5347743 =========================================== KOMPAS, Selasa, 20-06-2006. Halaman: 1 Pameran JIKA EMPU-EMPU KERIS BERLOMBA Oleh Jimmy S Harianto Bunyi derit alat gerinda, pagi-pagi hari Minggu (18/6), menggelitik telinga di halaman Bentara Budaya Jakarta, tempat berlangsungnya Pameran Keris Nusantara. Hari itu digelar sebuah acara unik yang hanya pernah terjadi pada masa Kerajaan Mataram: Lomba Membentuk Keris Nusantara. Ada 15 pembuat keris, sebagian di antaranya empu yang diakui Keraton Surakarta Hadiningrat, ikut berkutat dengan mesin gerinda, kikir, tang penjepit, dan bor gigi (alat pengebor gigi yang dipergunakan untuk mericik atau bikin hiasan detail di bilah keris) pagi itu. Lomba berlangsung 18-23 Juni, sampai berakhirnya Pameran Keris. "Jika (Keraton) Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung dulu membikin lomba keris untuk memompa semangat perlawanan terhadap Belanda, maka kali ini untuk memompa motivasi baru di zaman modern, memotivasi kebangkitan perkerisan zaman kemerdekaan," ungkap Toni Junus, Koordinator Lomba yang juga salah satu anggota pengurus Sekretariat Nasional Keris Indonesia (SNKI). SNKI merupakan sebuah lembaga baru perkerisan nasional yang dibentuk melalui kongres di Yogyakarta bulan lalu (sebelum diguncang gempa) dan diketuai Wiwoho Basuki. Sebuah lembaga yang memayungi berbagai perkumpulan para penggemar keris dan tosan aji nasional. "Kalau saja sosialisasinya tidak mepet, pesertanya bisa mencapai 30-40 pembuat keris. Sementara kami persiapannya praktis hanya lima hari menjelang hari-H," ungkap Waluyo Wijayanto, Sekretaris Lomba. Selain unik dan baru pertama kali diselenggarakan, lomba kali ini sekaligus juga bisa menjadi tontonan bagi kaum awam keris, tentang bagaimana para empu membentuk sebuah bilah keris pada masa modern. Panitia menyediakan besi saton, besi "gebingan" yang berupa lempengan besi sudah ditempa untuk bilah keris, dan juga meja keris, tang penjepit, sementara para empu peserta lomba membawa sendiri kikir, gerinda, dan peralatan yang diperlukan untuk membentuk keris. Lomba Keris Nusantara berlangsung selama empat hari, mulai hari Minggu awal Agustus 2008, dan dilakukan setiap hari sejak pukul 09.00 sampai 17.00. Keris yang dibentuk para empu diproses bilahnya dengan berbagai cara yang sudah menjadi tradisi, yakni diwarangi agar logam yang putih mengilap bisa berwarna kehitaman.
Animo besar
Yang mengagetkan adalah besarnya animo peserta. Jika beberapa waktu yang silam perkerisan nasional seperti "hidup sulit, mati tak hendak", ternyata animo untuk ikut serta lomba membentuk bilah keris (dari kodokan atau batang lantakan besi tempa untuk bahan keris) kali ini sungguh tinggi. "Lomba diikuti 15 orang," ungkap koordinator lomba, Toni Junus. Ke-15 peserta lomba Keris Nusantara adalah Gunarwan (Solo), Fanani (Malang), Anggono (Solo), Prapto (Madiun), Rudi (Surabaya), Ahmad Lutfi (Malang), Saifudin (Malang), Heru (Yogyakarta), Sarju (Yogyakarta), Suyanto (Solo), Happy (Surabaya), Jamil (Malang), Mujiono (Malang), Subandi (Solo), dan Kohin (Jakarta). Mereka dikenal di kalangannya, terbiasa membikin keris.
Madura, yang sampai saat ini tercatat memiliki penempa maupun pembikin keris terbanyak di Indonesia, hanya mengikutkan satu pesertanya, Jamil. Itu pun atas nama daerah Malang. Dewan juri, ada di antaranya empu pula, yaitu Ki Sukamdi, salah satu empu Solo yang akhir-akhir ini dikenal garapannya tercantik. Juri lainnya adalah sesepuh keris Ir Haryono Haryo Guritno, KRHT Ir Setiaredi Gondomono, KRT Sukoyodipuro, dan ahli metalurgi dari Bandung, Dr Ir Bambang Panuju. "Saya ingin membawa mereka ke Jepang," ungkap bos perusahaan elektronik, PT Panasonic Gobel, Rahmat Gobel, yang juga Ketua Penyelenggara Pameran Keris Nusantara di Bentara Budaya kali ini. Dan para empu peserta lomba yang berpanas-panas di udara terik (meski di gubuk bambu di bawah atap daun kelapa), siang itu pun tersenyum karena bos Gobel ini menjanjikan masing-masing satu pesawat televisi untuk para peserta lomba....
(Jimmy S Harianto, atau Ganjawulung adalah wartawan Kompas)

Komentar

Postingan Populer