PROFIL Haryono Haryoguritno

P U S A T I N F O R M A S I K O M P A S Palmerah Selatan 26 - 28 Jakarta 10270 Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200 Fax. 5347743 =========================================== KOMPAS, Selasa, 27-12-2005. Halaman: 16 MENUKAR MERCY DENGAN KERIS Oleh Jimmy S Harianto Jika Anda berniat jadi penggemar keris, bersiap-siaplah mengalami gesekan dengan keluarga. Bukan lantaran pengaruh daya magis dari benda pusaka warisan nenek moyang ini, tetapi sebenarnya hanya persoalan yang muncul akibat bergesernya prioritas Anda. Menekuni hobi, kata Ir Haryono Haryoguritno (74) -di kalangannya disebut pakar keris-manusia tak pernah bisa adil. "Demi hobi, kita terkadang terpaksa mengorbankan kepentingan lain sehingga membuat ketidakseimbangan sesaat. Gesekan dengan keluarga pun terjadi," kata Haryono yang semasa masih mahasiswa Jurusan Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah penggemar bongkar-pasang motor Harley Davidson. Sebuah pengalaman "spektakuler" Haryono berkaitan dengan hobi kerisnya terjadi sekitar tahun 1978. Suatu saat, sepulang dari perjalanannya ke Solo, Jawa Tengah, mobil Mercy 280 S Tiger tahun 1972 warna putih miliknya dia tukar dengan tiga bilah keris milik bangsawan Mangkunegaran. "Saya tentu syok. Pulang-pulang dari Solo, mobilnya ditukar keris," kata Indreswari Radityani, istri Haryono, insinyur sipil air lulusan ITB dan kini pengajar di Universitas Indonesia. Pasangan ini dianugerahi dua putri dan menantikan kehadiran cucu kedua. Haryono saat itu memang tengah tergila-gila keris sehingga ketika melihat tiga bilah keris pusaka keraton itu langsung jatuh cinta. Tiga keris pusaka yang digandrungi Haryono itu berdapur (model) Parungsari luk (berlekuk) 13 tangguh (masa pembuatan) Pajang, lalu keris luk 13 pamor Ron Genduru (pamor atau motif logam yang muncul di permukaan bilah seperti gambar blarak, daun kelapa) dan keris Tilamupih (dapur keris lurus, kinatah atau bertatahkan emas)berperabot intan milik bangsawan Solo itu. "Salah satunya, Parungsari luk 13, masih saya simpan dan jadi salah satu kesayangan saya," katanya. Seperti halnya dulu ketika menggemari Harley Davidson, Haryono memang dengan sepenuh hati menggemari keris koleksinya. Mencemburui keris juga pernah dialami Indreswari Guritno. Sampai-sampai mertua Haryono turut campur. "Keris kesayangan saya sempat disita mertua karena lama kami tak punya anak. Bagaimana punya anak kalau saya malah 'ngeloni' (tidur bersama) keris?" ungkap Haryono berseloroh. Keris yang disita itu memang indah rupanya. Keris itu berdapur Kalamisani (jenis dapur lurus) bikinan empu Brajasetika pada masa pemerintahan Raja Solo Paku Buwono (PB) IX. Sering Haryono membawa keris ini ke tempat tidur dan menimang-nimangnya di samping istrinya, seperti layaknya "istri kedua". Buku dan usulan keris Puncak intensitas kecintaan Haryono Haryoguritno pada keris adalah penulisan buku berjudul Keris Jawa, Antara Mistik dan Nalar, buku tebal dan mungkin terlengkap yang pernah ada tentang pengetahuan keris. Buku yang disusun dari akumulasi pengetahuannya lebih dari 30 tahun tentang keris ini sudah naik cetak dan akan diluncurkan awal tahun 2006. Puncak kecintaan Haryono yang lain adalah ketika ia bersama timnya dari perkumpulan penggemar keris yang pernah dipimpinnya, Damartaji, berhasil meyakinkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sehingga keris Indonesia diakui dunia sebagai salah satu warisan budaya manusia yang harus dilestarikan, Oral and Intangible Heritage of Humanity, dalam sidangnya di Paris, 25 November 2005. Selain benda keris sudah diakui dunia sebagai salah satu hasil seni budaya unik dari Indonesia, UNESCO juga mengakui keris sebagai tradisi Indonesia yang masih mempunyai fungsi sosial di masyarakatnya, merupakan pula manifestasi seni unggul Indonesia, mempunyai falsafah hidup, di samping juga tak diingkari memiliki kandungan mistik. "Keris tidak hanya diukur dari bendanya saja, tetapi juga nilai abstraknya sehingga muncul pengakuan (UNESCO) itu," ungkap Haryono yang pernah menjadi ajudan presiden pertama RI, Soekarno, menggantikan Bambang Widjanarko, pada akhir tahun 1960-an.
Beralih minat
Haryono sendiri mengaku mulai mengalihkan hobinya dari Harley Davidson ke keris sepulang tugas dari Irian Barat pada masa Soekarno, ketika dia memegang pangkalan Angkatan Laut di Manokwari. Sepulang dari Irian, Haryono menjual Harley Davidson-nya yang ketiga bertahun 1952 saat pindah dari Surabaya ke Jakarta. Ketika pindah ke Jakarta, Haryono berusia 36 tahun dan belum menikah. "Meski dalam perjalanan saya pernah 'konfrontasi' dengan istri karena keris. Sekarang tidak lagi. Ia sudah bisa menerima hobi saya," katanya. Tidak heran jika kini Indreswari sudah bisa menunjukkan keris yang paling ia sukai, yaitu yang bertatahkan emas hampir tiga perempat badan bilah. Dan memang, keris yang diberikan kepada Indreswari itu adalah yang terindah di antara puluhan bahkan ratusan koleksi keris milik Haryono Haryoguritno.
(Jimmy S Harianto, atau Ganjawulung adalah wartawan Kompas)

Komentar

Postingan Populer